Syausha Laundry merupakan usaha yang berfokus kepada kegiatan membersihkan pakaian yang kotor setelah aktifitas sehari-hari hingga layak pakai kembali. Saat ini kita dapat melihat kebiasaan masyarakat yang sibuk beraktivitas dari pagi hingga malam, sehingga sesampainya di rumah mereka telah lelah dan letih untuk melakukan kegiatan rutin di rumah seperti memasak, berbelanja bahkan mencuci pakaian. Maka tidak heran untuk makan saja masyarakat kita akan memilih untuk membeli makanan dari luar dan bahkan dipesan secara Online yang secara harfiah memasak serta pembelian dilakukan dan dikerjakan oleh orang lain, berbelanja dilakukan oleh orang lain. Maka melihat potensi ini founder melakukan pengamatan usaha apa yang paling tidak disukai "malas" untuk dikerjakan. Dan founder memutuskan untuk membuka usaha Binatu/ Laundry/ Gerai cuci.
Banyak masyarakat kita merasa mencuci pakaian kotor itu sama seperti pekerjaan pembantu, atau dipandang sebelah mata. Padahal apapun pekerjaan di dunia ini yang dilakukan oleh manusia adalah pekerjaan pembantu, dalam kata lain membantu orang lain dengan harapan mendapat imbalan jasa. Seperti Polisi membantu mengamankan ketertiban, Tentara membantu keamanan negara, Dokter membantu menyembuhkan pasien, guru membantu mencerdaskan bangsa, pekerja pabrik, karyawan, tukang bangunan, pedagang bahkan tukang sampah membantu membersihkan lingkungan. Jadi apa yang menyebabkan pekerjaan menjadi lebih baik atau tidak, adalah dari mindset/ cara berfikir yang tidak tepat. Padahal apapun pekerjaan yang positif dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya adalah baik, kecuali pekerjaan yang merugikan orang lain seperti mencuri, mengambil hak yang bukan miliknya dengan menghalalkan segala cara.
Dengan modernnya kehidupan saat ini banyak pekerjaan yang sudah beralih dari yang bersifat manual ke serba otomatis, sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah, praktis dan cepat. Meski disamping itu ada harga yang harus di siapkan.
Memodernisasi peralatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, menyewa tempat, renovasi, pembelian alat dan bahan, serta keperluan lainnya bahkan promosi membutuhkan biaya, sehingga semua aspek tadi menjadi pertimbangan dalam harga layanan yang diberikan, seperti kualitas dan fitur yang ditawarkan, kemudahan, kepraktisan serta kecepatan pengerjaan. Maka tak layak diperdebatkan permasalahan harga apabila itu wajar dengan layanan yang diberikan. Apabila sebuah harga terasa berat bukan berarti pemberi jasa layanan yang sesuka hati, tetapi seberapa effort yang sudah dicurahkan dalam pemberian layanan tersebut.
Mindset juga menjadi salah satu sebab sesuatu terasa tidak masuk akal. Contohnya seseorang yang masuk ke dalam restoran berbintang tidak akan berfikir tentang berapa harga makan dan minum, pembeli baju di mall tidak akan protes dengan harga barang, bahkan pelanggan barber shop tidak menghiraukan harga. Yang bermasalah adalah mindset, bagaimana seseorang memposisikan dirinya. Pengguna iPhone merasa harga tidak mahal karena mengetahui seberapa lama usaha dan penelitian yang dilakukan perusahaan, seberapa besar namanya hingga menjadi lifestyle dan branding pribadi yang di cap orang kaya. Effort yang dilakukan, trial and error yang di uji oleh pemilik usaha tidak ternilai harganya apabila dipahami oleh mindset yang tepat.
Komentar
Posting Komentar